Kali Krukut
Kali Krukut adalah sungai sepanjang kurang dari 40 kilometer yang mengalir dari Situ Citayam, Bogor, Depok, Jagakarsa, Cilandak, Pasar Pekan, Kemang, Mampang Prapatan, Gatot Subroto, Setiabudi, Tanah Kakak, Pecinan Glodok, bercabang di bawah Jembatan Kios Tiga Pancoran, melintasi Pertokoan Gloria sampai di Bawah Jembatan Harco, sampai selesai di Banjir Kanal Barat (menyatu dengan Kali Ciliwung). Awal ceritanya Kali Krukut merupakan sungai yang bersih dan menjadi target rekreasi di bawah pemerintahan Belanda, namun lalu sebab padatnya pemukiman penduduk dan kurangnya pengelolaan sungai, airnya berubah menjadi kehitaman dan penuh sampah, serta luber saat banjir.
“Krukut” adalah nama perkampungan yang termasuk kelurahan di Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, yaitu berlokasi di atara dua sungai, yaitu Kali Ciliwung dan Kali Cideng (yang lalu lebih diketahui sebagai “Kali Krukut”). Batas kawasan Kampung Krukut ini di sebelah timur Jalan Gajah Mada dan Kali Ciliwung, Kelurahan Petojo di sebelah selatan, Kali Krukut alias Kali Cideng di barat, dan Jalan Kerajinan dan Kelurahan Keagungan di sebelah utara. Menurut kisah sejarah waktu kemudian, asal usul nama “Krukut” memiliki beberapa tipe, contohnya sindir pada orang yang hidupnya amat irit alias bakhil, yang dijuluki “krokot”. Pada waktu itu masyarakat Betawi menyebut orang-orang Arab yang bnyak tinggal di kampung tesebut dengan istilah “Krukut”, dengan merubah dari kata “krokot”. Panggilan Krukut untuk tempat itu menjadi popular sampai kini, sehingga kerap kali terdapat sebutan orang Arab Krukut bagi orang Arab yang tinggal atau berasal dari Krukut. Tipe lain menceritakan bahwa nama “Krukut” berasal dari kata bahasa Belanda “kerkhof“, yang definisinya “makam”, di mana dalam lafal Betawi terucap sebagai “Krukut”. Tempat itu pada waktu itu pastinya merupakan lokasi pemakaman atau makam bagi pribumi terkhusus orang-orang Betawi.
Kali Krukut sebelah hilir menjadi sebab utama banjir Jakarta yang tertulis semenjak 1890. Sesudah pelebaran sampai pelurusan alur bertahap semasa puluhan tahun, setengah sebelah hilir sungai itu jinak. Akan tetapi, di setengah lagi sebelah hilirnya yang blum tersentuh penataan masih liar. Pada Agustus 2016, wilayah elite sekaligus ikon Jakarta Selatan, Kemang, terendam luapan Kali Krukut. Dinding pemisah kali bekas Hotel Grand Kemang bobol. Beberapa cafe dan kios istimewa serta beribu rumah warga terendam. Genangan dan luapan Kali Krukut masih acap kali berlangsung dari Kebalen sampai Gubuk Labu di Jakarta Selatan.
Sampai sekitar 1970, Kali Krukut masih lebar, sekitar 25 meter, dan dalam, sehingga jika ingin menyeberang orang seharusnya berenang juga dengan sampai menyelam. Aliran Kali Krukut saat itu merupakan sumber pengairan pertanian dan empang. Bantaran Kali Krukut sblm 1970-an di zona Petogogan merupakan hamparan ladang, kebun, dan empang. Wilayah ini tidak dihuni sebab dibuat tempat larinya air. Sesudah itu, bantaran Kali Krukut bnyak ditimbun dan didirikan kontrakan seiring semakin banyaknya pendatang di Jakarta. Pada tahun 2012 Kali Krukut, tergolong di Petogogan, semuanya dipadati sampah rumah tangga. Berkah rencana pembersihan sungai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, pada tahun 2017, Kali Krukut di Petogogan lebarnya menjadi tidak lebih dari 3 meter, namun aliran airnya fasih dan bersih tanpa sampah padat.
Kali Krukut berhulu di Situ Citayam, Depok, Jawa Barat, dan selesai di Karet saat aliran Krukut berjumpa dengan aliran Banjir Kanal Barat. Aliran Kali Krukut dapat amat deras sebab efek topografinya. Sempurna panjang keseluruhan 84,4 kilometer dengan panjang kali utama (yang besar) 30-an kilometer, dengan keadaan pada tahun 2017 di beberapa titik amat parah, sehingga terdapat yang lebarnya cuma 1,5 meter (berdasarkan Iskandar, Kepala Balai Besar Kawasan Sungai Ciliwung-Cisadane/BBWSCC).
Selepas dari Petogogan, Kali Krukut meliuk masuk tempat Kuningan menyeberang di bawah Jalan Gatot Subroto. Dari sini, Jembatan Kebalen VII, keadaan Kali Krukut pulih. Badan kali yang semula 3-5 meter melebar sampai 15-20 meter. Kali yang dahulunya berkelok saat ini lurus lebar. Sirnanya liukan Kali Krukut berlangsung sebab terdapatnya normalisasi pada periode Gubernur Ali Sadikin, 1966-1977, di mana dahulu berkelok-kelok, kemudian terdapat pulau-pulau kecil di tengah Krukut ini, sesudah kelokan dipotong, pulau-pulau turut sirna.
Sesungguhnya Kali Krukut tidak selesai di Kanal Barat. Di Pintu Air Karet, Tanah Kakak, kali Krukut smpat menghilang sebab bermuara ke Kanal Barat dan menyatu dengan Sungai Ciliwung. Sekitar 300 meter dari pertemuan arus itu, pasnya sesudah Pintu Air Kanal Barat, di Kelurahan Kebon Melati, muncul lagi kali kecil yang lebih serupa got selebar 3 meter dan diketahui sebagai “Krukut Lama” atau “Krukut Bawah”. Krukut Bawah mengular sepanjang 31,4 kilometer, menyatu dengan Kali Pakin di Kelurahan Krukut, Jakarta Barat, kemudian masuk ke aliran Kali Besar dan walhasil bermuara di Pintu Air Pasar Ikan.
Sampai wilayah perkulakan Tanah Kakak, aliran Kali Krukut Bawah kecil dan dangkal. Di kanan-kirinya dipenuhi bangunan rumah. Terdapat bangunan yang didirikan di atas aliran kali.
Di Pasar Tanah Kakak, Kali Krukut bercabang dua, yang melalui Kampung Bali dan yang berlokasi di sisi Jalan Fachrudin yang memiliki ukuran jauh lebih kecil. Aliran ini berjumpa lagi di Kebon Sirih dan kembali terbagi, ke arah Barat yang diketahui dengan “Kali Cideng” dan ke arah timur yang dipanggil “Krukut”.
Kali Krukut berada {sejajar} dengan Jalan Abdul Muis, melalui Petojo, Ketapang, sampai kembali berjumpa dengan Cideng di Kelurahan Krukut. Semenjak di Ketapang, keadaan Kali Krukut pulih dengan lebar 15-20 meter. Kali Krukut yang melalui Kelurahan Krukut menyatu dengan Kali Cideng, pasnya di Jalan Sereal. Warga setempat mengetahuinya dengan Kali Cagak Krukut sebab terdapat percabangan dua sungai yang menjadi satu. Semenjak wilayah Kebon Sirih, tepi Kali Krukut dipasangi sheet pile. Sesudah sungai dinormalisasi, wilayah itu tidak lagi tergenang banjir. Beberapa sebelah sheet pile juga menjadi tanggul bagi permukiman yang lebih rendah dari kali.
Aliran Kali Krukut kemudian tiba di Kelurahan Tambora, Jakarta Barat, dan kembali terbagi menjadi dua aliran, Kali Krukut yang ke arah barat, yang alirannya lalu menyatu dengan aliran Kali Angke, dan aliran yang lebih besar membelah wilayah Kota Tua dan diketahui dengan nama Kali Besar. Kali Krukut yang mengaliri Kali Besar di Kota Tua alirannya lebar, bersih, dan jernih sehingga asasnya tampak dan menjadi tempat warga memancing. Pemandangan ini tampak berbeda halnya dengan Krukut di hilir yang cuma dipakai untuk saluran pembuangan limbah rumah tangga. Aliran Kali Besar berjumpa aliran Sungai Ciliwung di Pompa Pasar Ikan, mengalir melalui saluran Pakin (saluran buatan), berjumpa kembali dengan Kali Krukut di Jalan Gedong Panjang dan bermuara di Waduk Pluit, tidak langsung ke laut ke Teluk Jakarta.
Kali Krukut di Jakarta panjangnya 31,39 kilometer (19,50 mi), dengan Tempat Pengaliran Sungai (DPS) seluas 84,99 km². Curah hujan harian rata-rata sebanyak 129 mm, dan debit puncak 135 m³.
Sungai ini mengalir di kawasan barat laut pulau Jawa yang beriklim hutan hujan tropis (kode: Af berdasarkan pembagian iklim Köppen-Geiger). Temperatur rata-rata setahun sekitar 27 °C. Bulan paling panas adalah Maret, dengan temperatur rata-rata 30 °C, and paling dingin Mei, sekitar 26 °C. Curah hujan rata-rata tahunan adalah 3674 mm. Bulan dengan curah hujan paling tinggi adalah Desember, dengan rata-rata 456 mm, dan yang paling rendah Sept, rata-rata 87 mm.
Normalisasi Kali Krukut telah dilaksanakan semenjak periode Gubernur Ali Sadikin, 1966-1977, diantaranya meluruskan aliran yang berkelok-kelok, tergolong melenyapkan pulau-pulau kecil di tengah Kali Krukut ini. Proyek ini merupakan sebelah dari upaya pemerintah saat itu mengantisipasi banjir Jakarta dengan setidaknya 8.000 orang digusur dari bantaran Kali Krukut dari Bendungan Hilir sampai Kanal Barat dan saluran Cideng (Kompas, 21 Februari 1971).
Semenjak tahun 2010, Pemerintah melaksanakan pengerukan atas Kali Krukut di sepanjang 1,1 kilometer dengan membuahkan 1000 meter kubik lumpur. Selain untuk menyapu sumbatan, juga menjadi sumber air bersih bagi warga di sekelilingnya. Selain itu juga diadakan pendidikan pada masyarakat untuk turut menjaga kebersihan sungai. Pemerintah Jakarta juga tidak segan-segan untuk menggusur perumahan megah yang secara ilegal mendiami “ruang terbuka hijau” (designated open green space) di sepanjang tepian Kali Krukut, yang dianggap sebagai sebab banjir besar yang melanda Kemang dan sekelilingnya pada bulan Agustus 2016. Pemerintah mendapatkan bahwa lebar Kali Krukut sudah menyempit dari 20 meter menjadi cuma 4-5 meter sebab terdapatnya bangunan-bangunan itu.
Sampai tahun 2017, kali yang sudah dinormalisasi oleh BBWSCC baru sepanjang 600 meter dari Jembatan Rengas sampai Jalan Kebalen V di Kuningan.