Puncak Gunung Merbabu, Cocok Untuk Para Pendaki Niih
Gunung Merbabu cukup terkenal sebagai ajang kesibukan pendakian. Medannya tidak begitu sulit tetapi potensi bahaya yang seharusnya diamati pendaki ialah udara dingin, kabut tebal, hutan yang lebat tetapi homogen (hutan tanaman runjung, yang tak cukup mensupport sarana bertahan hidup atau survival), serta ketiadaan sumber air. Penghormatan di kebiasaan warga setempat pula butuh menjadi pertimbangan.
Alur Kopeng ThekelanSunting
Dari Jakarta dpet meningkat kereta api atau bus ke Semarang, Yogyakarta, atau Solo. Diteruskan dengan bus jurusan Solo-Semarang turun di kota Salatiga, diteruskan dengan bus mini ke Kopeng. Asal Yogyakarta meningkat bus ke Magelang, diteruskan dengan bus mini ke Kopeng. Asal kopeng tersedia bnyak alur menuju ke Puncak, akan tetapi lebih baikkk menyusuri desa tekelan sebab tersedia Markas yang dapet menyodorkan berita ataupun bermacam pelayanan yang dibutuhkan. Markas Tekelan dapet dicapai melewati bumi perkemahan Umbul Songo.
Di bumi perkemahan Umbul Songo Kamu dapet beristirahat menanti malem tiba, sebab pendakian bakal lebih baikkk dijalankan malem hari tiba dipuncak menjelang mentari terbit. Andapun dapet beristirahat di Markas Thekelan yang menyiapkan tempat buat tidur, khususnya jika tak membawa tenda. Dpet pula berkemah di Markas Pending sebab di tiga lokasi ini kami dpet mendapatkan air bersih.
Masyarakat di kira-kira Merbabu kebanyakan memeluk agama Budha[2] sehingga bakal kami temui sejumlah Vihara di kira-kira Kopeng. Penduduk kerap melaksanakan meditasi atau bertapa dan bnyak tempat-tempat menuju puncak yang dikeramatkan. Pantangan untuk pendaki buat tak membuang air di Watu Gubug dan kira-kira Kawah. Pula pendaki tak dibolehkan menggunakan baju warna merah dan hijau.
Terhadap tahun baru jawa 1 suro penduduk melaksanakan upacara tradisional di kawah Gunung Merbabu. Terhadap bulan Sapar, penduduk Selo (lereng Selatan Merbabu) membuat upacara tradisional. Anak-anak perempuan di desa tekelan dibolehkan berambut gimbal buat memelihara diri dan supaya mendapatkan keamanan. Perjalanan dari Markas Tekelan yang berlokasi di tengah perkampungan penduduk, diawali dengan menyusuri kebun penduduk dan hutan pinus. Asal sini kami dapet menyaksikan pemandangan yang amat anggun ke arah Gunung Telomoyo dan Rawa Pening.
Di Pos Pending pendaki dapet mendapatkan mata air, pula kami bakal mendapatkan sungai mini (Kali Sowo). Sblm meraih Markas I pendaki bakal menyusuri Pereng Putih dan seharusnya berjaga-jaga sebab jalanan yang amat curam. Silam pendaki menyusuri sungai kering, dari sini pemandangan amat anggun ke bawah memperhatikan kota Salatiga khususnya di malem hari.
Dari Markas I kami bakal menyusuri hutan koalisi menuju Markas II, menuju Markas III alur mulai terbuka dan jlan mulai menanjak terjal. Pendaki mendaki Gunung Pertapan, hempasan angin yang cepat benar-benar terasa, lebih lebih lagi berada di daerah terbuka. Pendaki dapet bernaung di Watu Gubug, semacem batu berlobang yang dapet dimasuki 5 orang. Konon adalah pintu gerbang menuju kerajaan makhluk ghaib.
Jikalau tersedia badai selayaknya tak meneruskan perjalanan sebab benar-benar membahayakan. Mendekati markas empat pendaki mendaki Gunung Watu catat alur rada terjal dan bnyak pasir ataupun kerikil mini sehingga licin, angin cepat membawa abu dan pasir sehingga seharusnya siap membungkam mata jika tersedia angin cepat. Markas IV yang berlokasi di puncak Gunung Watu Catat dengan tinggi meraih 2.896 mdpl ini, dipanggil pula Markas Pemancar sebab di puncaknya tersedia semacem Pemancar Radio.
Menuju Markas V alur menurun, markas ini dipenuhi bukit dan tebing yang anggun. Pendaki dapet turun menuju kawah Condrodimuko. Dan di sini tersedia mata air, bedakan antara air minum dan air sulfur.
Perjalanan diteruskan dengan menyusuri tanjakan yang amat curam serta lembah di sisi {kiri} dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Syaitan. Lalu pendaki bakal nyampe di persimpangan, ke {kiri} menuju Puncak Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo ( Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.
Dari puncak Kenteng songo, pendaki dapet melihat Gunung Merapi dengan puncaknya yang mengepulkan asap tiap-tiap ketika, terlihat erat satu kali. Ke arah barat terlihat Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro yang nampak amat jelas dan anggun. Lebih dket lagi terlihat Gunung Telomoyo dan Gunung Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur terlihat Gunung Lawu dengan puncaknya yang memanjang.
Menuju Puncak Kenteng Songo ini jalurnya amat membahayakan, selain sempit cuman sekitaran 1 meter lebarnya dengan sisi {kiri} kanan lembah bebatuan tanpa pohon, pula angin amat cepat siap mensupport pendaki tiap dikala. Di klimaks ini tersedia batu kenteng / lumpang / bolong dengan jumlah 9 berdasarkan pemantauan paranormal.
Menuruni gunung Merbabu berlalu alur menuju Selo menjadi opsi yang mengesankan. Pendaki bakal menyusuri padang rumput dan hutan edelweis, pula bukit-bukit memiliki bunga yang amat anggun. Di sepanjang jlan pendaki dapet menyaksikan Gunung Merapi yang nampak amat dket dengan puncak yang senantiasa memancarkan Asap.
Pendaki bakal menuruni dan mendaki sejumlah gunung mini yang dilapisi rumput hijau tanpa pepohonan buat bernaung dari hempasan angin. Disepanjang alur tak tersedia mata air dan markas peristirahatan. Kabut dan badai kerap timbul dengan tiba-tiba, sehingga amat membahayakan buat membangun tenda.
Alur menuju Selo ini amat bnyak dan tak tersedia rambu penunjuk jlan, sehingga amat mengherankan pendaki. Bnyak alur yang kerap dilewati penduduk buat nyari rumput dipuncak gunung, sehingga pendaki bakal nyampe diperkampungan penduduk.
Dari Selo dapet diteruskan dengan bus mini jurusan Boyolali-Magelang, jika mau ke yogya ambillah jurusan Magelang, dan jika akan ke Semarang atau Solo ambillah jurusan Boyolali.
Alur WekasSunting
Buat menuju ke Desa Wekas kami seharusnya menaiki mobil Jurusan Kopeng – Magelang turun di Kaponan, yakni kira-kira 9 Kilometer dari Kopeng, pasnya di depan gapura Desa Wekas. Dari Kaponan pendaki terjadi kaki menyusuri jalanan berbatu sejauh kira-kira 3 Kilometer menuju markas Pendakian.
Alur ini amat terkenal dikalangan para Pemuda dan Peminat Alam kota Magelang, sebab lebih dket dan bnyak tersedia sumber air, sehingga bnyak pemuda yang mencintai berkemah di Markas II khususnya di hari libur. Wekas adalah desa terakhir menuju puncak yang makan waktu sekitar 6-7 jam. Alur wekas adalah alur pendek sehingga langka tersedia lintasan yang datar terbentang. Lintasan markas I cukup lebar dengan bebatuan yang mendasarinya. Sepanjang perjalanan bakal menghadapi sawah penduduk unik dataran tinggi yang ditanami Bawang, Kubis, Wortel, dan Tembakau, pula dapet ditemukan peliharaan kelinci yang kotorannya dipakai sebagai pupuk. Rute menuju markas I cukup menanjak dengan masa tempuh 2 pukul. Alur diawali dari perjalanan sepanjang sawah. Setelah kira-kira 500 meter pendakian, bakal meraih Kuburan Tetua Desa sebagai batasan antara sawah penduduk dan hutan pinus.
Markas I merupakan satu dataran dengan semacem balai sebagai daerah peristirahatan. Markas I berjarak kira-kira 1,5 kilometer dari basecamp. sblm meraih Markas I pendaki bakal menghadapi Markas i Bayangan yang ditandai dengan Papan Nama. Markas I Bayangan adalah lokasi terbuka yang dpet dipakai buat beristirahat dan berkemah. tak tersedia sumber air baikkk di Markas I ataupun markas I bayangan. Masa tempuh menuju markas II ialah 2 jam, dengan alur yang trus menanjak terjal.
Markas II merupakan satu daerah yang terbuka dan datar, yang biasa dibangun sampai sejumlah puluhan tenda. Terhadap hari Sabtu, Ahad dan hari libur Markas II ini bnyak dipakai oleh para pemuda buat berkemah. Sehingga di hari-hari itu bnyak penduduk yang berbisnis masakan. Terhadap zona ini tersedia sumber air yang di salurkan melewati pipa-pipa besar yang ditampung di semacem bak. Tersedia toilet di Markas II beberapa 4 buah.
Dari Markas II tersedia alur buntu yang menuju ke semacem sungai yang dibuat sumber air untuk masyarakat kira-kira Wekas sampai desa-desa di sekelilingnya. Alur ini meniru arus pipa air melintasi tepian lembah yang menjurus ke arus sungai berikut kawah. Tersedia dua buah arus sungai yang amat terjal yang membentuk air terjun yang bertingkat-tingkat, sehingga menjadi suatu pemandangan yang amat luar biasa dengan background belakang koleksi puncak – puncak Gunung Merbabu.
Selepas markas II alur mulai terbuka sampai berjumpa dengan persimpangan alur Kopeng yang berlokasi di atas markas V (Watu Catat), alur Kopeng. Dari persimpangan ini menuju markas Helipad cuman membutuhkan masa tempuh 15 menit. Perjalanan diteruskan dengan menyusuri tanjakan yang amat curam serta lembah di sisi {kiri} dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Syaitan. Lalu kami bakal nyampe di persimpangan, ke {kiri} menuju Puncak Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo (Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.
Alur Kopeng CunthelSunting
Buat menuju ke desa Cuntel dapet dicapai dari kota Salatiga mengaplikasikan kecil bus jurusan Salatiga Magelang turun di areal rekreasi Kopeng, pasnya di Bumi perkemahan Umbul Songo. Perjalanan diawali dengan terjadi kaki melintasi Jlan setapak berbatu yang rada lebar sejauh 2,5 kilometer, di bagian {kiri} ialah Bumi Perkemahan Umbul Songo. Sesudah menyusuri Umbul Songo berbelok ke arah {kiri}, di bagian {kiri} ialah hutan pinus sesudah terjadi sekitar 500 meter di bagian {kiri} tersedia jlan setapak ke arah hutan pinus, alur ini menuju ke desa Thekelan.
Buat menuju ke Desa Cuntel terjadi trus meniru jlan berbatu sampai ujung. Bnyak ciri penunjuk arah baikkk di sekeliling desa ataupun di alur pendakian. Di Basecamp Desa Cuntel yang berlokasi di tengah perkampungan ini, pendaki dapet beristirahat dan mencukupi cadangan air. Pendaki pula dapet membeli bermacam barang-barang kenangan bermodel stiker ataupun kaos.
Sesudah menyisakan perkampungan, perjalanan diteruskan dengan melewati perkebunan penduduk. Alur udah mulai menanjak mendaki perbukitan yang bnyak ditumbuhi pohon pinus. Jlan setapak bermodel tanah kering yang berdebu khususnya di musim kemarau, sehingga mengusik mata dan pernafasan. Buat itu selayaknya pendaki memakai masker penjaga dan kacamata.
Sesudah terjadi kira-kira 30 menit dengan melintasi bukit yang berliku-liku pendaki bakal nyampe di markas Bayangan I. Di lokasi ini pendaki dapet berlindung dari sengatan mentari ataupun air hujan. Dengan melewati alur yang mash mirip yakni melintasi jlan berdebu yang diselingi dengan pohon-pohon pinus, kira-kira 30 menit bakal nyampe di Markas Bayangan II. Di markas ini pula tersedia banguanan beratap buat beristirahat.
Asal Markas I sampai markas Pemancar alur mulai terbuka, di {kiri} kanan alur bnyak ditumbuhi alang-alang. Sementara tersebut sejumlah pohon pinus mash bekembang di jarak yang berjauhan.
Markas Pemancar atau kerap pula di imbuh gunung Watu Catat berada di tinggi 2.896 mdpl. Di puncaknya tersedia stasiun pemancar relay. Di Markas ini bnyak tersedia batu-batu besar sehingga dapet dipakai buat bernaung dari angin cepat. Tapi angin cepat kadang dateng dari bawah membawa debu-debu yang beterbangan. Pendakian di tengah hari hari bakal terasa amat panas. Dari lokasi ini pemandangan ke arah bawah amat anggun, terlihat di kejauhan Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro, terlihat Gunung Ungaran di belakang Gunung Telomoyo.
Alur setelah itu bermodel turunan menuju Markas Helipad, nuansa dan pemandangan di sekeliling Markas Helipad ini sungguh amat luar biasa. Di bagian kanan membentang Gunung Kukusan yang di puncaknya memiliki warna putih misal muntahan sulfur yang udah mengering. Di depan mata membentang kawah yang memiliki warna keputihan. Di bagian kanan di dket kawah tersedia semacem mata air, pendaki seharusnya dapet membedakan antara air minum dan air sulfur.
Perjalanan diteruskan dengan menyusuri tanjakan yang amat curam serta lembah di sisi {kiri} dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Syaitan. Lalu kami bakal nyampe di persimpangan, ke {kiri} menuju Puncak Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo ( Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.
Dari puncak Kenteng songo kami dapet melihat Gunung Merapi dengan klimaksnya yang mengepulkan asap tiap dikala, terlihat erat satu kali. Ke arah barat terlihat Gn.Sumbing dan Sindoro yang nampak amat terang dan anggun, seolah-olah menantang buat di daki. Lebih dket lagi terlihat Gn.Telomoyo dan Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur terlihat Gn.Lawu dengan puncaknya yang memanjang.
Padang sabana sebagai salah satu karena ramainya wisatawan di Taman Nasional Gunung Merbabu, tetapi ramainya wisatawan pula berpengaruh di erosi yang berjalan di sepanjang alur pendakian Selo.
Alur SeloSunting
Alur pendakian Merbabu Berlalu Selo dikala ini menjadi alur yang umumnya lebih ramai dari alur yang semisalnya. Pemandangan yang anggun dengan sabana yang menghampar membikin perjalanan menjadi lebih mengasyikkan. Ditambah lagi dari alur ini tetangga dket gunung merbabu yaitu Merapi dpet menonjol dengan terang-terangan.
Jalan masuk ke lahan ialah yogyakarta atau Solo, jikalau dari Solo meningkat bus jurusan Semarang turun di kota Boyolali. Seandainya dari kota Yogyakarta seharusnya meningkat bus jurusan Solo turun di Kartasura, lalu gnti bus jurusan Solo Semarang turun di kota Boyolali. Buat menuju ke Selo dari kota Boyolali mengaplikasikan bus mini jurusan Selo. Bus yang segera ke Selo rada langka umumnya cuman nyampe Pasar Cepogo, dan dari pasar Cepogo gantii lagi bus mini yang menuju Selo. Asal kota Boyolali bus mini yang menuju Selo ini tak parkir di terminal Boyolali. Pendaki seharusnya minim terjadi kaki ke Pasar Sapi di mana bus mini jurusan Cepogo/Selo stop browsing penumpang.
Awal cerita pendakian, pendaki bakal disambut gapura selamat dateng dari Taman Nasional Gunung Merbabu. Memasuki pintu hutan nuansa jalanan {kiri} kanan dikelilingi pohon pinus dan lamtoro, di tengah hari haripun bakal terasa teduh. Jalanan mash cukup landai sampai 15 menit perjalanan. Sesudah terjadi 1-1,5 jam sampailah di markas 1 (Dok Malang). Markas ini mash berada di rimbunnya pepohonan.
Selepas markas 1, trek belom lah terasa cukup terjal, tersedia satu tanjakan yang cukup curam dan di puncaknya ialah markas bayangan. Baru sesudah terjadi 20 menit dari markas bayangan pendaki bakal nyampe di markas 2 (pandean) jarak dari markas 1-2 ini dpet dikatakan panjang.
Setelah itu, jarak antara markas 2 dan 3 tidaklah jauh. Kira-kira 45 menit terjadi, pendaki bakal nyampe di markas 3 (Watu Catat) pemandangan di Sini cukup anggun dengan merapi yang lumayan jelas jikalau tak berkabut. Ditambah lagi dengan rimbunnya pohon-pohon edelweis. Sebaiknya rehat dikit lama di markas 3 ini.
Menuju markas 4 (Sabana 1) pendaki bakal dihadapkan dengan trek yang lumayan membikin napas tersendat. Trek yang curam dengan tanah yang gampang membikin terpeleset. Pilih jlan minim ke {kiri} buat alasan di bagian {kiri} dpet mendapatkan pegangan.
Sabana 1 ini adalah satu diantara daerah seru buat berkemah, daerahnya yang datar dan pemandangannya yang anggun bisa jadi menjadi dalih para pendaki memilih buat membangun tenda mreka di sini. Tapi angin di lokasi ini cukup cepat, lebih-lebih lagi amat rawan badai.
Dari sabana 1 buat menuju sabana 2 (markas 5) tidaklah dibutuhkan masa yang lama. Sekeliling 40 menit aja. Trek bermodel tanjakan yang minim curam walau tak seterjal antara markas 3-pos 4 tetapi angin cukup cepat jika malem di lokasi ini. sesudah nyampe puncak bukit kami bakal terjadi menurun dan sampailah di markas 5 (sabana 2). Walaupun terpaan angin mash terasa besar akan tetapi berdasarkan aku inilah daerah membangun tenda yang akurat.
Jikalau menginginkan merasakan sunrise di puncak, selayaknya mulai bangkit pukul 3 dini buat mempersiapkan sarapan dan melaksanakan summit attack. Masa tempuh ke puncak kira-kira 1 – 1,5 jam. Bila malas bangkit pagi, sunrise dpet dirasakan di bukit bagian timur sabana. Profit alur ini ialah, sunrise dpet dirasakan di sepanjang alur pendakian.
Note: buat para pendaki yang meningkat dari alur Selo, kepentingan air minum seharusnya dibawa dari bawah/basecamp sebab sepanjang perjalanan ke puncak tak sumber air.
Lanskap sisi barat energi Taman Nasional Gunung Merbabu. Gunung Merbabu populer dengan estetika padang rumputnya yang kerap dipanggil dengan ‘sabana’. tetapi bersamaan dengan naiknya wisatawan, estetika sabana ini pula terancam buat rusak.
Alur SuwantingSunting
Alur Suwanting ialah alur yang pernah diopen di tahun 1990 dan 1998, akan tetapi sesudah tahun 1998 alur ini ditutup buat pendakian dan baru awal cerita tahun 2015 kemudian alur ini balik diopen.
Alur pendakian ini berlokasi di Dusun Suwanting Desa Banyuroto Kec. Sawangan Kab. Magelang yang jaraknya kira-kira 5 kilometer dari Gardu pandang Ketep Pass. Jikalau pergi dari Kota Yogyakarta membutuhkan dua pukul perjalanan memakai kendaraan roda dua.
Alur Pendakian Gunung Merbabu berlalu Suwanting ini populer anggun dan mempunyai pemandangan sabana yang mengesankan kepedulian pendaki gunung. Alur ini mempunyai tiga Markas (Markas Jurang Lempong, Markas Selter Bendera, dan Markas Ndampo Awang). Pendaki dapet membangun tenda di markas 2 dan markas 3 sebab posisinya cukup lapang dan pemandangannya sungguh anggun dengan background belakang Gunung Merapi.
Di Alur ini pendaki tak butuh kuatir keterbatasan air, sebab di sepanjang alur pendakian mempunyai tiga markas air yang dpet di pakai buat penggunaan, Markas air berlokasi di bawah Jurang cemoro, Jurang manding dan terakhir berikut markas 3.
Sesudah dari markas 3, pendaki bakal menyusuri sabana yang mendinginkan. Jikalau bertamu di musim penghujan atau kisaran bulan Mei – Agustus, pendaki bakal menghadapi padang rumput memiliki warna hijau.